Budaya Membaca Buku Cetak


Membeli buku cetak saat ini mungkin hal yang jarang dilakukan lagi, khususnya bagi saya. Ketika masih menempuh pendidikan, maka toko buku Gramedia, dan toko buku lainnya, akan pernah dikunjungi, minimal 1 semester sekali, untuk mencari buku yang diperlukan.

Terakhir saya membeli buku di tahun lalu pada 22 Oktober 2017 itu berarti sudah 11 bulan lalu buku value investing ini ada di genggaman saya. Dan uniknya, uang yang saya pakai untuk beli buku ini merupakan hasil dari trading saham yang saya lakukan dari pertengahan tahun 2017.

Butuh perjuangan yang besar untuk bisa menyelesaikan bacaan buku hasil keringat sendiri ini. Karena memang ada begitu banyak bacaan dalam bentuk pdf yang bisa kita dapatkan sehubungan dengan ilmu saham yang kita ingin pelajari secara otodidak melalui buku. Bayangkan 11 bulan untuk menyelesaikan 242 halaman di buku value investing yang ditulis oleh Teguh Hidayat

Coretan hasil bacaan buku inipun saya tulis dibelakang buku, yang telah tersedia lembar kosong, untuk menjadi guideline bagi saya terjun di dunia per-saham-an

Coba bandingkan dengan bacaan yang kita dapat dari groups WA, telegram, dll yang membahas tentang saham, tentunya mungkin sudah lebih dari banyaknya halaman dalam buku cetak seperti ini.

dengan membaca buku cetak ini, mengingatkan saya sejak dari SD, SMP menjadi member perpustakaan propinsi yang hampir tiap Minggu pergi pinjam dan baca buku, bahkan ada juga buku yang tebal nya 2x lipat buku ini, dan berhasil diselesaikan dalam waktu 1 Minggu.

Sekarang apakah saya punya niat lagi untuk membeli buku cetak? Jawabannya: Yes, dengan modal hasil trading saham, saya berencana untuk mencari lagi buku tentang saham,.

Bagaimana dengan anda? Masihkan membaca buku cetak dalam dunia WiFi seperti ini?